Tuesday, September 29, 2020

Osvita Punya Cerita Dibalik Corona (bagian 1)

        Kala Corona menyapa, Tuhan ijinkan aku bertemu dengan penyakit dan orang-orang yang sakit. Bukan sakit karena Covid 19, melainkan karena kanker payudara. Kini akupun ikut mengalaminya. 



        Kenyataan Corona dan segala situasi yang berkaitan dengan itu bertahap sudah mulai bisa aku nikmati. Harus terus ada di rumah, bekerja dari rumah, keuangan semakin menipis, dsb, sudah mulai aku terima dan terus disyukuri. Bahkan kini aku sedang giat-giatnya hendak membuka kelas berbagi dengan banyak orang, yang tentunya berkaitan dengan bidang keilmuanku, Psikologi. Semua rencana sudah tersusun dengan baik dan siap dieksekusi.

        Tapi -seakan terlintas petir di hari yang cerah- mendadak aku mendapat vonis Kanker Payudara Stadium 2 di masa pandemi ini. Tidak pernah terbayangkan olehku. Hanya dalam waktu 4 hari sejak aku temukan benjolan di payudara kiri ku, hingga diputuskan untuk segera operasi, sungguh aku tak pernah siap!

        Di awal-awal, setiap hari, aku dan ibuku menangis tiap kali memikirkannya. Ku bayangkan hati ibuku yang hancur, mendapat kenyataan, anak tunggalnya harus mengalami penyakit separah itu. Seakan hari esok akan suram dan umurkupun akan pendek. Ayahku memang meninggal karena kanker paru-paru, tapi di usia 80 tahun. Sedangkan aku masih 40 tahun, sedang produktif, namun harus menghadapi ini. Rasanya salah! Tidak masuk di logika ku!

        Mungkin teman-teman FB dan IG ku pernah melihat tulisan ku ini:

Ku bisikkan doa pada telinga Tuhan.

Ku katakan.

Tuhan ijinkanlah aku hidup "1000" tahun lagi.

Untuk dapat menyaksikan malaikat-malaikat kecilku tumbuh dewasa...

Mereka berbahagia dengan hidup mereka.

Mereka bertemu dengan belahan jiwa yang sepadan di mata Tuhan.

Mereka membangun keluarga yang Tuhan berkati dan menjadi berkat.

Akupun dapat menikmati masa tuaku bersama kekasih jiwaku.

Dan menutup mata dalam keabadian pula bersamanya.

Kiranya belas kasihMu mengijinkan permintaan itu menjadi nyata.

Tapi...

Apapun permintaan itu,

biarlah kehendakMu yang jadi.

Segalanya bagi kemuliaan Tuhan saja.

        Itu adalah permintaanku yang sangat serius kepada Tuhan. Aku menuliskannya ditengah rasa gentar tapi sekaligus berusaha untuk dapat berani. Berani bukan demi diriku, melainkan demi kedua buah hatiku, suami dan ibuku. Tak sanggup aku bayangkan bila aku harus pergi lebih dulu dan meninggalkan mereka. Kesedihan yang teramat dalam bagiku, terlebih bagi mereka. Tapi sekaligus kesedihan yang memompa semangatku untuk berani. Aku harus hadapi semuanya dengan tabah. 

        Aku pun mulai berusaha menenangkan diri dan  tidak emosional, agar aku dapat berpikir jernih serta membuat keputusan yang benar. Ku sadari ada banyak pilihan. Ada dokter yang dapat menjadwalkan operasi segera dan adapula dokter lainnya yang dapat menjadwalkan operasi setelah lebaran. Mana yang terbaik? 

        Aku pikir, kalau kanker ku ini ganas dan pada waktu itu belum bisa dipastikan stadium berapa. Logikanya, kanker ini pasti akan cepat dan agresif pergerakannya. Maka, siap atau tidak, aku harus menuntaskan semuanya. Ayo, operasi di hari Sabtu, tgl 23 Mei 2020. Jangan tunda lagi.

(Bersambung...)




No comments:

Post a Comment

Ibuku Sayang

Ibuku sayang.... Yang walau bertambah tua, bertambah keriput, bertambah pencemasnya, bertambah lambat pergerakannya, bertambah macam-macam k...