Monday, October 5, 2020

Seninya Menghasilkan Sebuah Karya Tulis

Mendapat tantangan untuk menulis sering kali membuatku gentar walau hanya sesaat. Bukan karena kegiatan menulis merupakan hal yang sangat baru dan sulit bagiku. Tapi entahlah. Rasanya otakku ini langsung men-setting dirinya untuk menganggap tantangan itu seakan menjadi sebuah tuntutan. Tuntutan yang dapat membuatku merasa kurang rileks, agak tegang dan seketika merasa ragu dengan kemampuanku dalam menulis. Aneh ya? Tapi begitulah adanya. Mungkin karena ada sedikit warna perfeksionis yang sesekali masih sering muncul ketika aku sedang mengerjakan suatu tugas. Perfeksionis yang setahun terakhir ini sudah mulai bisa aku taklukkan meski sesekali ia masih menggodaku. Hingga menghentikan proses penulisan yang sedang berjalan. Sungguh menyebalkan. 

Lalu saat ini, aku mulai memberanikan diri berhadapan dengan lap top. Memandang layar kosong yang pasrah untuk diisi olehku. Tetapi aku hanya diam. Bingung mau memulai dari mana. Berpikir beberapa saat mencari inspirasi. Lalu mulai mengetik hal apa saja yang terlintas dalam pikiranku. Belum mengarah pada tujuan tertentu. Hanya mencurahkan isi pikiran. Seakan sedang pemanasan sebelum memulai olah raga. Sesudah menuliskan beberapa hal, aku pindahkan kursor ke sisi yang lain. Mulai membuat curhatan yang sedang aku tuliskan saat ini. Menuliskan hal jujur yang aku rasakan ketika mendapat tantangan diminta menulis sebagai kegiatan yang biasa dilakukan. Buatku, kejujuran dan ketulusan kita menuangkan isi pikiran ke dalam tulisan, akan menjadikan isi tulisan penuh makna dan bisa membuat kita sendiri merasa terinspirasi dengan apa yang kita tuliskan. 

Menulis pada kenyataannya adalah hal yang memang selalu aku suka. Perjalanan menulis dari sejak dibangku sekolah (walau tidak rutin melakukannya), menjadi kegiatan yang selalu menyenangkan. Hingga ketika kuliah, aku pernah nekat menawarkan diri menjadi pembuat naskah untuk drama Natal. Lalu berkembang lebih jauh untuk belajar membuat pementasan drama-drama pendek, baik sebagai penulis naskah maupun sutradaranya. Kala itu, aku sungguh merasa menjadi seorang seniman. Meski diperjalanan waktu, aku memutuskan untuk lebih serius menuntaskah kuliah demi mewujudkan cita-cita lama, menjadi seorang psikolog. Kini cita-cita barupun kembali tumbuh, yaitu menjadi seorang psikolis alias psikolog yang gemar menulis.

No comments:

Post a Comment

Ibuku Sayang

Ibuku sayang.... Yang walau bertambah tua, bertambah keriput, bertambah pencemasnya, bertambah lambat pergerakannya, bertambah macam-macam k...